Awali Hidup Ini Dengan Membaca Basmallah
Semoga Amal Ibadah Kita Diterima Allah S.W.T .....Amien...

link

Jumat, 12 Juli 2013

Mengurangi Takaran



Latar belakang diturunkan Surah Al-Mutaffifin menurut Ibnu Abbas RA berkenaan dengan perilaku ekonomi penduduk Yatsrib, kota yang kemudian diganti namanya dengan Madinah Munawarah, di awal kedatangan Rasulullah SAW. Mereka terkenal paling lihai dalam mempermainkan sukatan, takaran, dan timbangan. Namun, setelah turunnya surah tersebut, kata Ibnu Abbas, penduduk Madinah itu terkenal paling jujur dalam menimbang dan menakar. 

Mutafifin artinya orang-orang yang berbuat curang dalam menakar dan menimbang. Menurut ahli bahasa, mutafifin adalah orang-orang yang suka mengurangi hak orang lain. Mereka diancam dengan suatu kecelaaan besar dan neraka wail, lembah di neraka jahanam yang sangat dahsyat siksanya. 

Senada dengan Imam Qurthubi dalam Tafsirnya Al-Jami Li Ahkam Alquran, Abdullah Yusuf Ali dalam The Holy Qur'an juga mengatakan bahwa kecurangan dalam ayat ini hendaknya diberi pengertian yang lebih luas, tidak hanya terbatas dalam perilaku ekonomi atau jual beli. 

Dalam hal lain yang menyangkut kehidupan keluarga, bermasyarakat, dan bernegara, seseorang atau sekelompok orang yang meminta keistimewaan, penghargaan atau pelayanan, sedangkan dari pihaknya sendiri tidak mau memberikan hal yang sama, maka yang demikian itu lebih buruk dan lebih serakah. Itu berarti sebuah ketidakadilan ganda. 

Pada masa orde baru kita menyaksikan gedung-gedung SD Inpres yang dibangun rapuh oleh karena dana yang turun dari atas terus menetes dalam perjalanan menuju lokasi pembangunan. Kini kita menyaksikan kembali praktik-praktik kecurangan dan ketidakadilan yang lebih dahsyat lagi karena dilakukan secara terang-terangan oleh oknum-oknum di kalangan eksekutif maupun legislatif dengan tanpa malu menuntut fasilitas dan pelayanan yang tidak sebanding dengan kinerja yang diberikan, di tengah kebingunan rakyat oleh melambungnya harga berbagai bahan kebutuhan pokok. 

Program penjualan beras murah (raskin) seperti diberitakan oleh media masa, sungguh menyedihkan karena lagi-lagi hak rakyat miskin dikurangi. Bangsa ini seperti kehilangan hati nurani dan kepedulian terhadap rakyat kecil yang sudah dibebani dengan kenaikan BBM dan TDL. Kini raskin pun disikat. 

Rehabilitasi jalan-jalan raya yang menghabiskan miliaran rupiah itu juga tidak beres. Lubang-lubang kembali menganga menyambut datangnya musim hujan. Tentu ini akibat dari berkurangnya takaran dan kualitas jalan. Kita berharap agar manusia mutafifin tidak dibiarkan terus mengibarkan bendera kecelakaan bagi rakyat kecil di negeri ini. (Muhammad Abbas Aula) 


Mengharapkan yang Terbaik


Dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari-Muslim dari Anas, Rasulullah SAW bersabda, ''Tidak boleh seseorang mengharap-harapkan kematian karena kesulitan hidup yang dihadapinya. Dan jika tidak tahan menghadapi kesulitan itu, maka hendaknya ia berkata, 'Ya Allah, hidupkan aku jika hidup itu lebih baik bagiku, dan matikan aku jika kematian itu lebih baik bagiku'.'' 

Sebagaimana telah sama-sama kita sadari bahwa kematian itu adalah sesuatu yang bersifat pasti dan tetap, tidak bisa dimajukan dan tidak pula bisa dimundurkan, walau hanya sesaat. Karena itu orang-orang yang beriman tidak boleh takut menghadapi kematian atau sebaliknya tidak boleh terlalu mengharapkannya, apalagi hanya karena menghadapi kesulitan dan beban hidup. Allah SWT berfirman dalam QS Al A'raaf 34, ''Tiap-tiap umat ada ajalnya. Apabila datang ajal mereka, maka tidak dapat mengundurkannya walaupun sesaat, dan tidak dapat pula memajukannya.'' 

Banyak yang berkeyakinan bahwa kesulitan hidup yang berat harus diakhiri dengan kematian, karena kematian dianggap akan mampu mengakhiri penderitaan itu. Padahal, kematian bisa jadi merupakan awal dari kesulitan yang sesungguhnya, karena setiap manusia harus mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan yang telah dilakukannya di dunia ini. 

Allah SWT berfirman dalam QS Azzalzalah 7-8, ''Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zharrah pun, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zharrah pun niscaya dia akan melihat balasannya pula.'' 

Kesulitan dan penderitaan sesungguhnya merupakan pakaian dari kehidupan yang akan selalu melekat pada setiap manusia, sama halnya dengan kemudahan dan kesenangan. Jika seseorang sabar di dalam menghadapi penderitaannya, tetap tegar dan istiqomah di dalam melakukan ikhtiar dan amal saleh, selalu mengembalikan persoalan pada Allah SWT dengan banyak bersujud dan berdoa, maka akhir dari penderitaan dan kesulitan itu adalah kebaikan dan kemudahan. Allah SWT berfirman dalam QS Alam Nasyrah 5-6, ''Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.'' 

Dalam hadis di atas Rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa berpikir positif, optimistik, dan memohon yang terbaik dari setiap persoalan yang dihadapi dan dari kehidupan serta kematian. Hidup yang penuh dengan kebaikan dan kematian yang diakhiri dengan kebaikan itulah yang disebut dengan khusnul khotimah, dan itu pula yang harus menjadi sikap dan pandangan hidup setiap orang yang beriman. Putus asa dan frustrasi tidak ada dalam kamus kehidupannya. Allah SWT berfirman dalam QS Yusuf 87, ''... dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan orang-orang yang kafir.'' Wallahu a'lam bis-shawab.


Menggunakan Akal




Berasal dari bahasa Arab, 'aqala, akal dalam bahasa Indonesia berarti pikir atau berpikir. Akal adalah pemberian Allah SWT kepada setiap manusia sebagai kekuatan yang memiliki kemampuan menakjubkan. Dengan dukungan pancaindera, akal dapat menimbang antara yang baik dan buruk. Dapat mengenal mana yang membahagiakan dan yang mencelakakan. Bahkan, dengan mengerahkan kemampuan akal, manusia telah berhasil menemukan dan mewujudkan kemajuan di bidang teknologi yang sangat mengagumkan. 

Islam adalah agama yang memberikan penghargaan tinggi terhadap akal. Kata Rasulullah SAW, ''Agama ialah penggunaan akal, tiada arti agama bagi orang yang tidak mempergunakan akalnya.'' Alquran menyebut kata akal lebih dari lima puluh kali, semua menunjukkan perintah bagi manusia agar mau mempergunakan akalnya. Firman-Nya, ''Mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar akan bertemu dengan Tuhannya.''(Ar Rum: 8). 

Manusia berakal berpandangan jauh. Bertindak sempurna dan tidak gegabah. Ia yakin kebenaran janji Allah. Sebab itu amal karyanya disesuaikan dengan janji tersebut. Dengan menggunakan akal, manusia mampu membuat kreativitas, pembaruan, dan perubahan-perubahan yang fantastik dan menakjubkan di dalam kehidupannya. 

Dengan menggunakan akal, kelak manusia akan menempati tempat yang terhormat dan mulia. Manusia yang lalai akan jatuh ke tempat yang tercela dan hina. Rasulullah SAW bersabda, ''Orang yang berakal ialah yang dapat menundukkan nafsunya untuk persediaan sesudah mati. Dan, orang yang lemah ialah yang menuruti kehendak nafsunya semata-mata, sedangkan ia mengharapkan kepada Allah berbagai-bagai pengharapan.'' (HR Tarmizi). 

Hasil pertimbangan akal manusia yang sempurna dapat diikuti oleh manusia lain. Dipergunakan sebagai petunjuk dan pedoman. Buah pikirannya dimintakan dalam sesuatu persoalan hidup dan masalah yang sedang dihadapi. Hidup ini penuh dengan problema. Masalah demi masalah menanti penyelesaian. Dalam akal sempurna banyak petunjuk untuk mendapatkan neraca keadilan. 

Harkat dan kemuliaan manusia dengan sarana akal sebagai karunia-Nya, akan tetap terjaga dengan baik dan utuh selama dia tawajjuh, tafakkur, tawadhu, dan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman, ''Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kebesaran Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang orang yang lalai.''(Al A'raaf: 179). 

Semoga kita bisa mempergunakan akal dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan perintah-Nya. Wallahu a'lam

Kamis, 11 Juli 2013

Ada Apa Dengan Mars? Terjadikah pada bumi?



MERM (MARS Exploration Rover Mission) - 24th March 2004.

The science of astronomy states that the speed of planet MARS has been decreasing in its course orbit toward the eastern direction in the few past weeks to the level we notice the "waver" between the east and the west, and on Wednesday the 30th July 2004, expected the planet movement will stop going towards the eastern direction. Then in the months of August and September 2004, MARS will change its course in the opposite direction to the west - and that until the end of September 2004, which means the sun will rise now from the west on MARS! This Weird phenomenon of the opposite movement called "Retrograde Motion". Most astronomy scientist states that all the planets in the universe will go through the same once at least and our planet EARTH is one of them. Planet Earth will move in the opposite direction someday and the sun will rise from the West!!! This might occurs soon and we are aware of it.

Terjemahan bebas:

Ilmuwan astronomi menyatakan bahwa kecepatan Planet Mars dalam lintasan orbitnya telah berkurang terhadap orbit Timur dalam beberapa minggu terakhir ini hingga ke tingkat yang meragukan geraknya antara timur dan barat.

Pada hari Rabu (30 Juli 2004), diperkirakan bahwa pergerakan planet akan berhenti bergerak dari arah timur. Kemudian, pada bulan Agustus dan September 2004, planet Mars akan merubah pergerakan orbitnya ke arah yang berlawanan (yang semula dari timur ke barat, menjadi dari barat ke timur) dimana hal ini berarti bahwa matahari akan terbit dari bagian barat Mars mulai saat ini. Fenomena yang aneh ini (pergerakan ke arah yang berlawanan) disebut "Retrogade Motion". Para pakar astronomi menyatakan bahwa semua planet di alam semesta ini akan mengalami hal yang sama, setidaknya sebanyak satu kali, dan Planet Bumi kita pun termasuk didalamnya.

Planet Bumi akan bergerak ke arah yang berlawanan dan matahari pun akan terbit dari barat!!!! Hal ini akan terjadi dalam waktu singkat dan kita semua pun pasti akan menyadarinya.

Menurut Hadist Nabi saw. Rasullullah saw bersabda: "Salah satu tanda akhir zaman (Kiamat), apabila sampai masanya... matahari terbit disebelah barat. Pada masa ini, taubat sudah tiada." hadist riwayat Muslim. Menurut Syariah Muhammadiyah, "Terbitnya matahari disebelah Barat hanya akan berlaku sekali pada masa dan ketika itu, matahari terus berada di sebelah barat. Dan matahari akan kembali terbit di sebelah timur dan seterusnya pada hari-hari yang berikut sehingga Allah menghendaki dan menetapkannya."

Inilah apa yang akan berlaku pada planet MARS. Bergerak dari timur kebarat - berhenti - bergerak kebarat dalam masa yang pendek - dan kemudian bergerak semula ke arah timur ke barat.

Dari Abu Hurairah r.a berkata, Rasullullah SAW pernah berkata : "Tidak berlaku dan tibanya kemusnahan dunia (Kiamat) sehingga terbitnya matahari dari barat. Apabila tiba masanya ini, semua makhluk di dunia akan segera sadar dan percaya akan kekuasaan Allah. Tetapi pada masa ini, semuanya sia-sia belaka. Tiada satu pun pintu taubat dibuka. Sesungguhnya pada MASA TERSEBUT, rugilah bagi mereka itu". Hadist Al-Bukhari, Muslim.

Maksud utama adalah inginnya saya menyeru pada rekan semua: setiap planet di dunia akan mengalami fenomena yang sama. Tahun ini, planet Mars akan berlaku matahari terbit disebelah barat. Kita tak tahu, mungkin planet-planet lain sudah pun mengalami fenomena ini, dan mungkin hanya bumi saja yang belum, kita tak tahu, hanya Allah yang tahu.

Sesungguhnya amatlah benar Allah Maha Pengasih dan Penyayang, Dia sudah pun memberi tanda awal, walaupun melalui hambanya yang bukan Islam. Tapi bagi kita yang sudah beriman ini, sadarlah selagi belum terlambat. Karena sekiranya berlaku, taubat sudah tidak diterima. Dunia ini hanya sementara. Bertaubatlah dari segala dosa yang kita lakukan. Berzikirlah, walaupun hanya pada sisa-sisa masa yang terluang karena zikir itu juga penghapus dosa kita.

Ini adalah satu artikel dari seorang sahabat, ane undang antum yg lebih tahu memberikan pendapat.


5 Pelajaran Penting dalam hidup



Pelajaran Penting–1 : Semuanya Penting

Pada bulan ke-2 diawal kuliah saya, seorang Profesor memberikan quiz mendadak pada kami. Karena kebetulan cukup menyimak semua kuliah-kuliahnya, saya cukup cepat menyelesaikan soal-soal quiz, sampai pada soal yang terakhir. Isi Soal terakhir ini adalah : Siapa nama depan wanita yang menjadi petugas pembersih sekolah ?

Saya yakin soal ini cuma "bercanda". Saya sering melihat perempuan ini. Tinggi, berambut gelap dan berusia sekitar 50-an, tapi bagaimana saya tahu nama depannya..?

Saya kumpulkan saja kertas ujian saya, tentu saja dengan jawaban soal terakhir kosong.

Sebelum kelas usai, seorang rekan bertanya pada Profesor itu, mengenai soal terakhir akan "dihitung" atau tidak. "Tentu Saja Dihitung !!" kata si Profesor. "Pada perjalanan karirmu, kamu akan ketemu banyak orang. Semuanya penting !. Semua harus kamu perhatikan dan pelihara, walaupun itu cuma dengan sepotong senyuman, atau sekilas "hallo" !

Saya selalu ingat pelajaran itu. Saya kemudian tahu, bahwa nama depan ibu pembersih sekolah adalah "Dorothy".

Pelajaran Penting-2 : Penumpang yang Kehujanan

Malam itu, pukul setengah dua belas malam. Seorang wanita negro rapi yang sudah berumur, sedang berdiri di tepi jalan tol Alabama. Ia nampak mencoba bertahan dalam hujan yang sangat deras, yang hampir seperti badai. Mobilnya kelihatannya lagi rusak, dan perempuan ini sangat ingin menumpang mobil.

Dalam keadaan basah kuyup, ia mencoba menghentikan setiap mobil yang lewat. Mobil berikutnya dikendarai oleh seorang pemuda bule, dia berhenti untuk menolong ibu ini. Kelihatannya si bule ini tidak paham akan konflik etnis tahun 1960- an, yaitu diskriminasi ras pada saat itu. Pemuda ini akhirnya membawa si ibu negro selamat hingga suatu tempat, untuk mendapatkan pertolongan, lalu mencarikan si ibu ini taksi.

Walaupun terlihat sangat tergesa-gesa, si ibu tadi bertanya tentang alamat si pemuda itu, menulisnya, lalu mengucapkan terima kasih pada si pemuda. 7 hari berlalu, dan tiba-tiba pintu rumah pemuda bule ini diketuk Seseorang. Kejutan baginya, karena yang datang ternyata kiriman sebuah televisi set besar berwarna (pada tahun 1960-an !) khusus dikirim kerumahnya. Terselip surat kecil tertempel di televisi, yang isinya adalah :

"Terima kasih nak, karena membantuku di jalan Tol malam itu. Hujan tidak hanya membasahi bajuku, tetapi juga jiwaku. Untung saja anda datang dan menolong saya. Karena pertolongan anda, saya masih sempat untuk hadir disisi suamiku yang sedang sekarat... hingga wafatnya. Tuhan memberkati anda, karena membantu saya dan tidak mementingkan dirimu pada saat itu"

Tertanda
Ny. Nat King Cole

Catatan : Nat King Cole, adalah penyanyi negro tenar thn. 60-an di USA

Pelajaran penting ke-3 : Selalulah perhatikan dan ingat, pada semua yang anda layani

Di zaman es-krim khusus (ice cream sundae) masih murah, seorang anak laki-laki umur 10-an tahun masuk ke Coffee Shop Hotel, dan duduk di meja. Seorang pelayan wanita menghampiri, dan memberikan air putih dihadapannya.

Anak ini kemudian bertanya " Berapa ya,... harga satu ice cream sundae ?" katanya. "50 sen..." balas si pelayan.

Si anak kemudian mengeluarkan isi sakunya dan menghitung dan mempelajari koin-koin di kantongnya.... 

"Wah... Kalau ice cream yang biasa saja berapa ?" katanya lagi.

Tetapi kali ini orang-orang yang duduk di meja-meja lain sudah mulai banyak... dan pelayan ini mulai tidak sabar.

"35 sen" kata si pelayan sambil uring-uringan. Anak ini mulai menghitungi dan mempelajari lagi koin-koin yang tadi dikantongnya.

"Bu... saya pesen yang ice cream biasa saja ya..." ujarnya. 

Sang pelayan kemudian membawa ice cream tersebut, meletakkan kertas kuitansi di atas meja dan terus melengos berjalan. Si anak ini kemudian makan ice-cream, bayar di kasir, dan pergi.

Ketika si Pelayan wanita ini kembali untuk membersihkan meja si anak kecil tadi, dia mulai menangis terharu. Rapi tersusun disamping piring kecilnya yang kosong, ada 3 buah koin 10-sen dan 5 buah koin 1-sen.

Anda bisa lihat... anak kecil ini tidak bisa pesan Ice-cream Sundae, karena tidak memiliki cukup untuk memberi sang pelayan uang tip yang "layak" ......

Pelajaran penting-4 : Penghalang di Jalan Kita

Zaman dahulu kala, tersebutlah seorang Raja, yang menempatkan sebuah batu besar di tengah-tengah jalan. Raja tersebut kemudian bersembunyi, untuk melihat apakah ada yang mau menyingkirkan batu itu dari jalan.

Beberapa pedagang terkaya yang menjadi rekanan raja tiba ditempat, untuk berjalan melingkari batu besar tersebut. Banyak juga yang datang, kemudian memaki-maki sang Raja, karena tidak membersihkan jalan dari rintangan. Tetapi tidak ada satupun yang mau melancarkan jalan dengan menyingkirkan batu itu.

Kemudian datanglah seorang petani, yang menggendong banyak sekali sayur mayur. Ketika semakin dekat, petani ini kemudian meletakkan dahulu bebannya, dan mencoba memindahkan batu itu kepinggir jalan. Setelah banyak mendorong dan mendorong, akhirnya ia berhasil menyingkirkan batu besar itu.

Ketika si petani ingin mengangkat kembali sayurnya, ternyata ditempat batu tadi ada kantung yang berisi banyak uang emas dan surat Raja. Surat yang mengatakan bahwa emas ini hanya untuk orang yang mau menyingkirkan batu tersebut dari jalan.

Petani ini kemudian belajar, satu pelajaran yang kita tidak pernah bisa mengerti. Bahwa pada dalam setiap rintangan, tersembunyi kesempatan yang bisa dipakai untuk memperbaiki hidup kita.

Pelajaran penting-5 : Memberi, ketika dibutuhkan

Waktu itu, ketika saya masih seorang sukarelawan yang bekerja di sebuah rumah sakit, saya berkenalan dengan seorang gadis kecil yang bernama Liz, seorang penderita satu penyakit serius yang sangat jarang. Kesempatan sembuh, hanya ada pada adiknya, seorang pria kecil yang berumur 5 tahun, yang secara mujizat sembuh dari penyakit yang sama. Anak ini memiliki antibodi yang diperlukan untuk melawan penyakit itu.

Dokter kemudian mencoba menerangkan situasi lengkap medikal tersebut ke anak kecil ini, dan bertanya apakah ia siap memberikan darahnya kepada kakak perempuannya. Saya melihat si kecil itu ragu-ragu sebentar, sebelum mengambil nafas panjang dan berkata "Baiklah... Saya akan melakukan hal tersebut.... asalkan itu bisa menyelamatkan kakakku".

Mengikuti proses tranfusi darah, si kecil ini berbaring di tempat tidur, disamping kakaknya. Wajah sang kakak mulai memerah, tetapi Wajah si kecil mulai pucat dan senyumnya menghilang. Si kecil melihat ke dokter itu, dan bertanya dalam suara yang bergetar... katanya "Apakah saya akan langsung mati dokter... ?" 

Rupanya si kecil sedikit salah pengertian. Ia merasa, bahwa ia harus menyerahkan semua darahnya untuk menyelamatkan jiwa kakaknya.

Lihatlah... bukankah pengertian dan sikap adalah segalanya.... ?

Pilihan anda memang cuma 2
1. Delete e-mail ini
2. Forward ke siapa saja yang anda kasihi....

Bekerjalah seolah anda tidak memerlukan uang,
Mencintailah seolah anda tidak pernah dikecewakan,

-------------------------------


marhaban ya ramadhan

marhaban ya ramadhan.............saya pernah dengar dari ustadz saya, saat memberikan sedikit tausiyah kurang lebih begini,,,,,,didalam hadist atau alquran (saya lupa kata ustadz),di sebutkan barang siapa yang suka senang menyambut datangnya bulan ramadhan maka api neraka di haramkan baginya,,,,,,,,waduh jadi setiap mau datang puasa senanglah semua orang,,,ada yang membersihkan rumahnya, membersihkan masjid, dan berbagai kegiatan lainnya,,,,namun banyak saya temukan ada yang saat mau datang puasa mereka membersihkan rumahnya, dan lainnya tetapi saat datang bulan puasa malah tidak berpuasa,,,ada yang bilang karena ga mampu kalau sambil kerja,,,,,lo ini sih bukannya api haram baginya tetapi wajib melahapnya kalau meninggalkan puasa,,, betul ga ya,,,,tapi mudah-mudahan sobat pada puasa semuanya......amien...

Jumat, 08 Maret 2013

Keadilan dan Hukum


Salah satu prioritas utama pemerintah yang baru saja dilantik adalah melawan korupsi dengan melaksanakan keadilan bidang hukum semaksimal mungkin. Tidak diragukan lagi, Islam menjunjung tinggi keadilan dan persamaan ini seperti dinyatakan dalam banyak ayat Alquran dan hadis Nabi SAW, ''Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil.'' (Al-Nahl: 90). 

Nabi Muhammad SAW dalam kepemimpinannya secara cemerlang telah berhasil membangun suatu masyarakat berkeadilan, menjauhi segala bentuk dan cara-cara diskiriminasi. Dalam berbagai buku sejarah Nabi Muhammad disebutkan bahwa dalam menegakkan hukum beliau tidak membeda-bedakan antara kawan dan orang asing, yang kuat dan yang lemah, kaya dan miskin, kulit hitam dan putih. Beliau tidak membenarkan adanya hak-hak istimewa dimiliki segelintir orang, yang menjadikan mereka kebal terhadap hukum. 

Nabi pernah bersabda, ''Sesungguhnya yang merusakkan orang-orang sebelum kamu adalah apabila ada di antara mereka yang berkedudukan mencuri (korupsi), mereka membiarkan saja tanpa memberikan hukuman. Tetapi, jika yang melakukan orang kecil (rakyat jelata), mereka mengenakan sanksi hukum.'' Sabda beliau ini dikemukakan ketika ada upaya untuk membebaskan hukuman seseorang yang melakukan kejahatan, hanya karena yang bersangkutan seorang bangsawan Quraish. 

Sikap Nabi memang tidak pandang bulu, termasuk sanksi hukuman terhadap keluarganya sendiri. Seperti dinyatakan dalam sabda beliau, ''Andai kata putriku Fatimah mencuri, akan kupotong tangannya.'' 

Pernah terjadi ketika beliau menata barisan perang dalam Perang Badar, beliau mendatangi seorang prajurit yang berdiri agak ke depan dari orang lain. Rasulullah menggunakan tongkatnya untuk menekan perut orang itu agar ia mundur sedikit ke belakangan, sehingga barisan akan menjadi lurus. 

Prajurit itu berkata, ''Wahai Rasulullah, demi Allah tongkat ini menyakiti perutku, aku harus membalas.'' Rasul memberikan tongkatnya kepada prajurit itu dan membuka baju di bagian perutnya seraya berkata, ''Balaslah!'' Prajurit itu maju ke depan dan mencium perut Nabi. ''Aku tahu bahwa aku akan terbunuh hari ini. Dengan cara ini aku ingin menyentuh tubuhmu yang suci.'' Belakangan ia menghambur ke depan dan gagah menyerang musuh dengan pedangnya hingga ia syahid. 

Persamaan dan keadilan dalam Islam, tidak hanya sebatas yang ditetapkan dalam UU, tetapi juga mencakup persamaan di hadapan Allah. Seperti ditegaskan Allah dalam firman-Nya, ''Yang termulia di antaramu di sisi Allah, ialah orang yang lebih bertakwa.'' (Al-Hujurat: 13). 

Pernah suatu ketika Umar Bin Khattab menghadiri sidang pengadilan. Begitu melihat kedatangan Khalifah Umar, kadi (hakim) yang memimpin sidang menunjukkan rasa hormat secara berlebihan padanya. Kepada sang hakim Umar mengatakan, ''Bila Anda tidak mampu memandang dan memperlakukan Umar dari orang biasa, sama dan sederajat, Anda tidak pantas menduduki jabatan hakim.'' 

Ali bin Abi Thalib, menantu Nabi, juga menentang keras segala bentuk diskriminasi hukum. Pernah suatu ketika ia memprotes seorang hakim, karena dia dipanggil dengan gelar Abul Hasan. Sementara lawannya disebut dengan sebutan biasa. Karena itu, dalam masa pemerintahan baru sekarang ini, di mana banyak harapan rakyat tertumpu, jangan lagi ada diskriminasi di bidang hukum dan keadilan. Wallahu a'lam.

Iman dan Tekad Perubahan


Iman dan Tekad Perubahan 


Dalam Alquran, Allah SWT berfirman, "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepada kamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, 'kapankah datangnya pertolongan Allah?' Ingatlah pertolongan Allah itu sangatlah dekat." (QS 2: 214). 

Dari ayat tersebut kita bisa memahami, bahwa mendapatkan surga (kebahagiaan) tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Berhadapan dengan berbagai cobaan, malapetaka, dan kesengsaraan menjadi sesuatu yang pasti dihadapi untuk mendapatkan surga itu tadi. Sedemikina beratnya rintangan yang harus dihadapi untuk mendapatkan surga, sampai dari mulut seorang Rasul pun keluar kalimat, "kapankah datangnya pertolongan Allah?" Tapi Allah menegaskan bahwa pertolongan-Nya amatlah dekat. 

Sejiwa dengan ayat di atas, Allah SWT berfirman, "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: 'kami telah beriman', sedangkan mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (QS 29: 2-3). 

Ayat tersebut sangatlah terasa dalam diri kita, contoh kecil dalam kehidupan sehari-hari ketika dalam hati timbul tekad untuk berubah ke arah yang lebih baik, maka permasalahan tidak berhenti sampai di situ. Ketika timbul tekad perubahan, pada saat itu juga di hadapan kita telah siap berbagai macam tantangan dan godaan yang siap menyeret kita untuk kembali kepada keadaan buruk itu lagi. 

Namun, walaupun demikian bukan berarti kita akan bersikap takut dan pesimis untuk melakukan perubahan. Ingatlah bahwa Allah SWT lebih cinta kepada hamba-Nya yang berusaha melakukan perubahan walaupun ia gagal daripada seorang hamba yang tidak memiliki usaha sama sekali. Begitu juga dalam lingkup yang lebih besar yaitu umat atau bangsa. 

Ketika suatu bangsa menyatakan diri untuk berubah menjadi bangsa yang lebih bermartabat, bebas KKN dan manipulasi, damai, adil, dan sejahtera. Maka, sudah barang tentu akan menghadapi banyak cobaan dan lebih kompleks lagi. Tidak cukup menggantikan wakil rakyat dan presiden dengan yang baru. Namun kebulatan tekad untuk berubah harus terus tertanam pada diri dalam suasana pemerintahan yang baru nanti. Ingatlah kata-kata yang diucapkan Rasulullah SAW setelah menyelesaikan Perang Badar yang sangat berat itu adalah: "Kita telah selesai dari jihad kecil menuju jihad yang lebih besar, yaitu jihad melawan nafsu

Selasa, 19 Februari 2013

Ikhtiyar dan Istikharah



Dalam kehidupan sehari-hari kita sering dihadapkan pada pilihan serba sulit, dari soal jodoh, pekerjaan, rekanan bisnis, hingga memilih pemimpin. Sebuah pilihan tentu membawa risiko: baik atau buruk. Pilihan yang tepat tentu membawa kebaikan, sedangkan pilihan yang buruk akan berakibat pada kerugian. Dalam bahasa agama, perintah untuk memilih yang baik dinamakan ikhtiyar. Orang beriman disuruh berikhtiar. Kata ikhtiyar berasal dari khair yang secara harfiah berarti baik. Jadi, ikhtiyar bermakna melakukan daya upaya untuk memilih yang terbaik. 

Dalam ikhtiyar, pilihan ditentukan oleh manusia sendiri berdasarkan akal pikirannya, hati nurani, dan berbagai pertimbangan lainnya. Apabila seseorang tak mampu atau ragu dalam memilih, agama memerintahkannya supaya melakukan istikharah. Perkataan istikharah juga berakar dari kata khair (baik) atau khiyarah (terbaik). Di sini, istikharah berarti thalab al-khiyarah min Allah, yaitu usaha untuk mendapatkan sesuatu yang terbaik dengan memohon petunjuk dari Allah SWT. 

Jadi, bila ikhtiyar bersifat rasional, istikharah justru bersifat spiritual dan merupakan usaha yang sepenuhnya bersifat rohani. Nabi Muhammad SAW sangat menganjurkan agar umat Islam melakukan istikharah. Jabir bin Abdillah, sahabat Rasulullah SAW, menceritakan bahwa Nabi mengajarkan istikharah dalam segala hal. 

Berdasarkan petunjuk Nabi, sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari, istikharah dilakukan dengan shalat sunat dua rakaat di malam hari. Selesai shalat, orang yang bersangkutan disuruh membaca doa istikharah yang pada intinya berisi permohonan kepada Allah SWT agar ia diberikan sesuatu yang terbaik untuk kepentingan jangka pendek (dunia) maupun jangka panjang (akhirat). 

Berdasarkan hadis di atas, seorang Muslim, menurut Imam Syaukani, tidak boleh meremehkan sesuatu perkara dan mengabaikan istikharah. Soalnya, sering terjadi, barang kecil yang diremehkan, ketika diambil atau ditinggalkan, justru menimbulkan bahaya besar di belakang hari. Ini berarti, lanjut Syaukani, seorang Muslim harus selalu bermohon kepada Tuhan atau meminta petunjuk dari-Nya dalam segala urusan sebelum mengambil keputusan: memilih atau menolak sesuatu. 

Istikharah menjadi penting karena pilihan manusia acap kali bersifat subjektif, partikularistik, dan tidak bebas dari vested interest. Akibatnya, pilihan manusia sering mengecewakan. Manusia terkadang membenci sesuatu yang baik, dan sebaliknya mencintai sesuatu yang buruk. Firman Allah SWT, ''Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.'' (Al-Baqarah: 216). 

Sebagai petunjuk dari Allah SWT, pilihan melalui istikharah memberikan keyakinan yang amat kuat. Pelakunya tidak mungkin bisa disuap atau dipengaruhi. Money politics serangan fajar, dan apalagi rayuan gombal, tidak mungkin menggoyahkan keyakinannya. Wallahu a'lam

Senin, 18 Februari 2013

Keutamaan Bulan Ramadhan dan Puasa


Bulan Ramadhan

1. Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu:
Adalah Rasulullah SAW memberi khabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda, "Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan kepadamu puasa didalamnya; pada bulan ini pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat; juga terdapat pada bulan ini malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barangsiapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa'." (HR. Ahmad dan An-Nasa'i)


2. Dari Ubadah bin AshShamit, bahwa Rasulullah bersabda:
"Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkahan, AIlah mengunjungimu pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan do'a. Allah melihat berlomba-lombanya kamu pada bulan ini dan membanggakanmu kepada para malaikat-Nya, maka tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang baik dari dirimu. Karena orang yang sengsara ialah yang tidak mendapatkan rahmat Allah di bulan ini." (HR.Ath-Thabrani, dan para periwayatnya terpercaya).


Al-Mundziri berkata: "Diriwayatkan oleh An-Nasa'i dan Al-Baihaqi, keduanya dari Abu Qilabah, dari Abu Hurairah, tetapi setahuku dia tidak pemah mendengar darinya."


3. Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam bersabda:
"Umatku pada bulan Ramadhan diberi lima keutamaan yang tidak diberikan kepada umat sebelumnya, yaitu: bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada aroma kesturi, para malaikat memohonkan ampunan bagi mereka sampai mereka berbuka, Allah Azza Wa Jalla setiap hari menghiasi Surga-Nya lalu berfirman (kepada Surga),'Hampir tiba saatnya para hamba-Ku yang shalih dibebaskan dari beban dan derita serta mereka menuju kepadamu, 'pada bulan ini para jin yang jahat diikat sehingga mereka tidak bebas bergerak seperti pada bulan lainnya, dan diberikan kepada ummatku ampunan pada akhir malam. "Beliau ditanya, 'Wahai Rasulullah apakah malam itu Lailatul Qadar' Jawab beliau, 'Tidak. Namun orang yang beramal tentu diberi balasannya jika menyelesaikan amalnya.' " (HR. Ahmad). (Isnad hadits tersebut dha'if, dan di antara bagiannya ada nash-Nash lain
yang memperkuatnya.)

Puasa

1. Dalil :
Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwa Nabi bersabda:
"Setiap amal yang dilakukan anak Adam adalah untuknya, dan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta'ala berfirman, 'Kecuali puasa, itu untuk-Ku dan Aku yang langsung membalasnya. la telah meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karena-Ku.' Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih harum daripada aroma kesturi."


2. Bagaimana ber-taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah?
Perlu diketahui, bahwa ber-taqarrub kepada Allah tidak dapat dicapai dengan meninggalkan syahwat ini -yang selain dalam keadaan berpuasa adalah mubah- kecuali setelah ber-taqarrub kepada-Nya dengan meninggalkan apa yang diharamkan Allah dalam segala hal, seperti: dusta, kezhaliman dan pelanggaran terhadap orang lain dalam masalah darah, harta dan kehormatannya. Untuk itu, Nabi bersabda : "Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh dengan puasanya dari makan dan minum." (HR. Al-Bukhari).


Inti pernyataan ini, bahwa tidak sempurna ber-taqarrub kepada Allah Ta'ala dengan meninggalkan hal-hal yang mubah kecuali setelah ber-taqarrub kepada-Nya dengan meninggalkan hal-hal yang haram. Dengan demikian, orang yang melakukan hal-hal yang haram kemudian ber-taqarrub kepada Allah dengan meninggalkan hal-hal yang mubah, ibaratnya orang yang meninggalkan hal-hal yang wajib dan ber-taqarrub dengan hal-hal yang sunat.


Jika seseorang dengan makan dan minum berniat agar kuat badannya dalam shalat malam dan puasa maka ia mendapat pahala karenanya. Juga jika dengan tidurnya pada malam dan siang hari berniat agar kuat beramal (bekerja) maka tidurnya itu merupakan ibadah.


Jadi orang yang berpuasa senantiasa dalam keadaan ibadah pada siang dan malam harinya. Dikabulkan do'anya ketika berpuasa dan berbuka. Pada siang harinya ia adalah orang yang berpuasa dan sabar, sedang pada malam harinya ia adalah orang yang memberi makan dan bersyukur.
3. Syarat mendapat pahala puasa :
Di antara syaratnya, agar berbuka puasa dengan yang halal. Jika berbuka puasa dengan yang haram maka ia termasuk orang yang menahan diri dari yang dihalalkan Allah dan memakan apa yang diharamkan Allah, dan tidak dikabulkan do'anya.


Orang berpuasa yang berjihad :
Perlu diketahui bahwa orang mukmin pada bulan Ramadhan melakukan dua jihad, yaitu :
o Jihad untuk dirinya pada siang hari dengan puasa.
o Jihad pada malam hari dengan shalat malam.
Barangsiapa yang memadukan kedua jihad ini, memenuhi segala hak-haknya dan bersabar terhadapnya, niscaya diberikan kepadanya pahala yang tak terhitung. Lihat Lathaa'iful Ma 'arif, oleh Ibnu Rajab, him. 163,165 dan 183.



Jumat, 04 Januari 2013

Hakikat Syukur

Hakikat Syukur 


Sepanjang hari, nikmat dan anugerah Allah kita peroleh. Tidak usah jauh-jauh, marilah kita lihat diri kita sendiri secara fisik. Kita diberi indera yang lengkap --penglihatan, pendengaran, penciuman, pernapasan, dan seterusnya-- yang memungkinkan kita mengecap segala bentuk nikmat duniawi yang enak-enak dan indah. Atau lihatlah sekeliling kita, sinar mentari yang hangat, air dan udara yang segar, pepohonan tempat berteduh, semua disediakan oleh Allah untuk kita, tanpa kita membayar. 

Itulah sebab Rasulullah SAW menganjurkan agar kita beribadah sebanyak mungkin, sebagai ungkapan syukur kita kepada-Nya, atas pelbagai nikmat pemberian-Nya. Allah adalah Zat Mahasegalanya, jadi Dia tidak membutuhkan apa pun dari kita. Allah pun tidak membutuhkan ibadah kita, karena bagi Dia tidak jadi soal apakah seluruh semesta menyembah-Nya atau malah ingkar pada-Nya. 

Ibadah kita kepada-Nya semata-mata berpangkal dari kesadaran kita sendiri, yakni kesadaran tentang keharusan untuk bersyukur kepada-Nya karena telah memberi kita begitu banyak nikmat. Rasulullah pernah ditanya sahabatnya, mengapa beliau shalat sunat di malam hari (qiyamullail) sampai kakinya bengkak-bengkak. Bukankah beliau sudah diampuni segala dosanya yang akan datang, bukankah beliau sudah dijamin masuk surga? Jadi, buat apa beliau susah-susah memperbanyak ibadah? Beliau menjawab, ''Tidak bolehkah aku bersyukur?'' Jawaban beliau ini untuk menjelaskan bahwa tujuan ibadah bukan semata-mata untuk mengharap surga-Nya, atau agar terhindar dari neraka-Nya. Namun, lebih dari itu, ibadah adalah ekspresi rasa syukur kita kepada Allah atas semua nikmat pemberian-Nya. 

Allah SWT sendiri tidak suka kepada manusia-manusia yang enggan bersyukur. Dalam sebuah hadis qudsi, Dia berkata, ''Siapa yang tidak mau bersyukur atas nikmat pemberian-Ku, dan tidak mau bersabar atas cobaan-Ku, maka silakan saja ia keluar dari kolong langit-Ku dan silakan ia cari tuhan selain Aku!'' 

Dalam tataran paling mendasar, rasa syukur bisa diwujudkan dengan cara menjaga nikmat Allah agar tidak digunakan di jalan maksiat. Kita biasa mengucap hamdalah atau mungkin memperbanyak ibadah mahdhah dan ibadah-ibadah sunat lainnya, sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada-Nya karena telah memberi kita nikmat yang tak terkira. Akan tetapi, Alhamdalah kita, amal-amal mahdhah, dan amalan sunat kita yang lain, itu semua tidak akan ada artinya sama sekali jika, di sisi lain dan bersamaan dengan itu, kita masih saja melakukan maksiat kepada Allah dengan menggunakan fasilitas nikmat pemberian-Nya. 

Misalnya saja kita sering shalat dan puasa sunat, katakanlah itu kita lakukan sebagai ungkapan syukur, tetapi kita juga tidak bisa meninggalkan ucapan jorok, menggunjing saudara, dan sebagainya, ya apa gunanya. Karena itu, tentu saja, yang paling baik adalah bila kita rajin shalat dan puasa dan pada waktu bersamaan kita bisa menjaga mulut dan perilaku dari hal-hal yang tidak baik. Itulah antara lain hakikat dari rasa syukur. Wallahu a'lam. 


Hakikat Shalat


Hakikat Shalat 


Pada bulan Rajab ini, umat Islam memperingati peristiwa Isra dan Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Salah satu hikmah Isra Mi'raj yang terpenting adalah kewajiban shalat bagi setiap Muslim lima kali sehari semalam. Shalat merupakan ibadah yang paling fundamental dalam Islam. Ia bukan sekadar kewajiban bagi setiap Muslim, tetapi (seharusnya) merupakan kebutuhan manusia secara spiritualitas. 

Shalat berasal dari kata shalla-yushalli-shalat-shilat, yang berarti hubungan. Dalam konteks sufisme, shalat berarti adanya keterjalinan atau hubungan vertikal antara makhluk dan Khalik, antara hamba dan Tuhannya. Shalat merupakan wahana untuk mendekatkan diri pada Tuhan, ber-taqarrub kepada Allah SWT, penguasa jagat raya ini. Oleh karena itu, seorang Mukmin yang benar-benar shalat, jiwanya tenang dan pikirannya lapang. 

Pernah suatu kali Imam Hasan bin Ali ditanya orang, ''Mengapa orang yang melaksanakan shalat itu wajahnya berseri dan jiwanya tenteram?'' Imam Hasan bin Ali menjelaskan, ''Karena mereka berdialog (munajat) pada Tuhannya.''

Shalat juga merupakan identitas bagi seorang Muslim. Nabi SAW bersabda, ''Perbedaan antara kami dan mereka adalah shalat. Siapa yang meninggalkannya, maka ia sudah kufur nikmat.'' (HR Baihaqi). Dalam hadis lain dikatakan, ''Shalat itu tiang agama. Siapa yang mendirikan shalat berarti mendirikan agama dan siapa yang meninggalkannya berarti ikut meruntuhkan agama.'' (HR Turmudzi). 

Begitu pentingnya kewajiban shalat bagi seorang Muslim, sehingga tidak ada alasan apa pun yang dibenarkan untuk meninggalkan shalat, hingga ia sendiri malah dishalatkan. Pengecualian khusus hanya berlaku untuk wanita Muslimah yang sedang menstruasi. Dalam menunaikan shalat, setiap Muslim dianjurkan untuk berjamaah. Ini mengandung makna tentang pentingnya persatuan dan persaudaraan di kalangan umat Islam. Persaudaraan yang didasarkan oleh ikatan religius, ukhuwah Islamiyah, untuk menebarkan kebenaran dan kemaslahatan bagi umat manusia. Rasa persamaan juga dipupuk dalam shalat berjamaah. 

Shalat berjamaah mengandung asas equality before law, persamaan di hadapan hukum. Siapa yang datang ke masjid lebih awal berhak menempati shaf pertama, tanpa memandang jabatan dan posisi seseorang. Dengan demikian, nilai-nilai demokrasi sebenarnya sudah ditanamkan pula di masjid melalui ibadah shalat yang dilakukan secara berjamaah. 

Shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar (Al-Ankabut: 45). Seorang Muslim yang benar-benar shalat jiwanya tenang dan hati pun tenteram. Karena, orang yang shalat selalu merasa dalam pengawasan Allah. Oleh karena itu, perbuatan keji dan munkar seperti praktik KKN (kolusi, korupsi, dan nepotisme), penipuan, penggelapan, dan manipulasi, mestinya dapat dicegah dalam masyarakat yang shalatnya baik. Ini semua bisa terjadi karena masyarakat akan selalu merasa berada dalam kontrol dan pengawasan Ilahi. Wallahu a'lam. (Efrinaldi) 


Kamis, 03 Januari 2013

Hakikat Muhasabah


Hakikat Muhasabah 


Alkisah, hidup seorang tabiin saleh bernama Atha As-Salami. Suatu hari Atha bermaksud menjual kain yang telah ditenunnya. Setelah diamati dan diteliti secara seksama oleh sang penjual kain, sang penjual kain mengatakan, ''Ya, Atha sesungguhnya kain yang kau tenun ini cukup bagus, tetapi sayang ada cacatnya sehingga saya tidak dapat membelinya.'' 

Begitu mendengar bahwa kain yang telah ditenunnya ada cacat, Atha termenung lalu menangis. Melihat Atha menangis, sang penjual kain berkata, ''Ya, Atha sahabatku, aku mengatakan dengan sebenarnya bahwa memang kainmu ada cacatnya sehingga aku tidak dapat membelinya, kalaulah karena sebab itu engkau menangis, maka biarkanlah aku tetap membeli kainmu itu dan membayarnya dengan harga yang pas.'' 

Tawaran itu dijawabnya, ''Wahai sahabatku, engkau menyangka aku menangis disebabkan karena kainku ada cacatnya, ketahuilah, sesungguhnya, yang menyebabkan aku menangis bukan karena kain itu. Aku menangis disebabkan karena aku menyangka bahwa kain yang telah kubuat selama berbulan-bulan ini tidak ada cacatnya, tetapi di mata engkau sebagai ahlinya ternyata ada cacatnya. 

Begitulah aku menangis kepada Allah dikarenakan aku menyangka bahwa ibadah yang telah aku lakukan selama bertahun-tahun ini tidak ada cacatnya, tetapi mungkin di mata Allah sebagai ahli-Nya ada cacatnya, itulah yang menyebabkan aku menangis.'' 

Ada dua hikmah yang dapat kita ambil dari kisah tersebut di atas. Pertama, kita harus sering melakukan muhasabah terhadap segala amal kebaikan yang telah kita lakukan. Dr Abdullah Nashih Ulwan dalam kitabnya yang berjudul Ruhaniyatud-Da'iah menjelaskan hakikat muhasabah sebagai berikut: Hendaklah seorang mukmin menghisab dirinya ketika selesai melakukan amal perbuatan, apakah tujuan amalannya untuk mendapatkan ridla Allah, atau apakah amalannya disusupi sifat ria? 

Kedua, jangan bersandar kepada amal yang telah kita lakukan untuk dapat masuk ke surga Allah SWT. Kita harus bersandar kepada ampunan dan rahmat- Nya. Sebagaimana hadis yang disampaikan Rasulullah SAW, ''Berusahalah setepat dan sedekat mungkin, ketahuilah bahwa amal salah seorang dari kamu tidak dapat memasukkannya ke surga.'' Sahabat bertanya, ''Tidak juga engkau Wahai Rasulullah?'' Rasulullah menjawab, ''Tidak juga Aku, melainkan Allah mencurahkan kepadaku ampunan dan rahmat-Nya.'' (Muttafaqa A'laihi). Syekh Ibnu Ataillah As-Sakandari di dalam kitabnya Al-Hikam mengatakan ''Andai bukan karena keindahan tutupan Allah, niscaya tidak suatu amal pun yang dapat diterima.'' 

Semoga hati kita dibersihkan dari nifaq, ria, dusta, dan khianat

kisah Isra' dan Mi'raj


Godaan Dunia 


Dalam kisah Isra' dan Mi'raj, dunia secara simbolik digambarkan seperti wanita lanjut usia (lansia). Tapi, meski sudah lansia, ia tetap ingin tampil lebih menarik. Ia tidak lupa mempercantik diri dengan dandanan dan aksesori yang beraneka ragam. Itulah dunia yang, karena kecantikannya, sangat digemari manusia meski usianya sudah sangat tua. 

Manusia memang memiliki kecenderungan yang sangat kuat kepada dunia dan kemewahannya. Allah SWT berfirman, ''Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah tempat kembali yang baik (surga).'' (Ali 'Imran: 14). 

Perkataan dunia dalam ayat di atas, menurut Imam Ghazali, dapat dipahami secara fisik dan nonfisik. 

Secara fisik dunia menunjuk kepada seluruh benda-benda yang ada di alam ini, sedangkan secara nonfisik (rohani), dunia menunjuk kepada sikap dan perbuatan (A'mal al-qulub) terhadap dunia itu sendiri seperti sifat loba, serakah, sombong, dan membanggakan diri. Bagi Ghazali, semua sifat-sifat ini disebut dunia dalam arti bathini atau rohani. 

Sebagai tokoh sufi, Ghazali banyak memberikan nasihat dan taushiyah dalam soal dunia ini. Intinya, ia mengingatkan agar manusia tidak tergoda dan teperdaya oleh daya tarik dunia. Pesannya, ''Wahai sekalian manusia, jangan sekali-kali kalian condong pada dunia, karena ia suka menipu dan memperdaya. Tipu dayanya terkadang membuat kamu jatuh hati. Ia terus bersolek di hadapan para penggemarnya, sehingga ia tak ubahnya seorang pengantin wanita yang sangat cantik jelita. Semua pandangan tertuju padanya. Semua orang terpikat dan merindukannya. Namun, jangan kalian lupa, betapa banyak orang yang merindukannya justru dibunuhnya, dan orang yang sepenuh hati mencintainya justru dikhianatinya.'' 

Agar tidak tertipu, menurut Ghazali, setiap Muslim perlu mengetahui hakikat dunia, termasuk mengetahui mana yang buruk, mana yang harus dijauhi, dan mana yang boleh diambil. Dalam kaitan ini, dunia terbagi ke dalam tiga kategori. Pertama, bagian dunia yang bernilai abadi dalam arti berguna dan bermanfaat bagi manusia di akhirat, yaitu ilmu dan amal. 

Kedua, bagian dunia yang merupakan kesenangan sesaat dan tidak ada nilainya sama sekali di akhirat kelak, seperti bersenang-senang dan berfoya-foya dengan kenikmatan dunia. 

Ketiga, bagian dunia yang mendukung kebaikan akhirat. Bagian ini tidak sama dengan bagian pertama, tapi merupakan pendukung dan sarana bagi terwujudnya bagian pertama. 

Dari bagian ini, yang diburu oleh banyak manusia justru bagian kedua, yaitu bagian yang pada akhirnya akan membuat manusia menderita. Hal ini, karena bagian tersebut hanya akan mendatangkan dua hal saja, yaitu hisab (audit dan pertanggungjawaban kekayaan) dan azab atau siksa. Kata Nabi, ''Harta itu halalnya hisab sedangkan haramnya merupakan azab.'' Jadi, kalau begitu, kita harus pilih bagian pertama dan ketiga, supaya kita selamat dari godaan dunia. 

Di Ambang Ramadhan


Di Ambang Ramadhan 


Bulan Ramadhan segera menjelang. Rahmat dan ampunan Allah SWT pun akan datang, lengkap dengan pahala-Nya yang menjulang. Di saat seperti ini, Rasulullah SAW telah memberi sunnah. 

Pertama, memperbanyak puasa sunat di bulan Sya'ban (HR Bukhari). Secara eksplisit, Rasul mengajak membiasakan puasa sunat sebagai latihan menghadapi medan pertempuran melawan hawa nafsu yang sesungguhnya: puasa fardhu. 

Secara implisit, disunnahkan fisik dan kejiwaan kita dikondisikan. Kesehatan dijaga. Hati ditautkan. Pelan-pelan kerinduan kepada bulan suci dibangkitkan hingga ketika malam pertama Ramadhan menghampiri, kerinduan itu langsung diwujudkan dengan menegakkan perintah dan anjuran-Nya saat Ramadhan, persis pelampiasan kerinduan seseorang kepada kekasihnya yang setahun tak bersua. 

Kedua, bergembira secara terbuka dan menyebarkannya kepada kaum Muslimin. Rasul menunjukkan keriangannya dan berkali-kali memompa perasaan yang sama kepada para sahabat dengan menyampaikan warta gembira, seperti dibukakannya pintu surga, pintu neraka ditutup, dan dibelenggunya para setan (HR Ahmad dan Nasaai). 

Juga adanya suatu malam yang bila beramal saat itu akan diganjar lebih baik daripada amal selama seribu bulan (QS Al Qadr). Allah pun berjanji mengampuni dosa-dosa kita di masa lalu jika benar-benar berpuasa dan menegakkan malam-malam Ramadhan (HR Tirmidzi, Abu Daud, Nasaai dan Ibnu Majah). Tentu saja, kecuali dosa syirik, dosa-dosa besar yang memerlukan tobat khusus seperti zina, serta dosa-dosa penganiayaan manusia lain yang membutuhkan pemaafan korban lebih dulu, seperti pembunuhan (penzaliman fisik), atau korupsi dan kejahatan perdagangan (penzaliman harta). 

Bergembiralah setiap hari karena Rasul SAW bersabda bahwa seseorang yang berpuasa bergembira dua kali, yakni saat berbuka dan bertemu Allah (HR Muslim). Karenanya, tiada tempat rasa sedih dan gelisah. Juga bayangan akan kelaparan, atau kesulitan berdagang makanan/minuman di siang hari, serta godaan tidak mampu bekerja jika berpuasa. Hanya orang kafir dan munafik yang bermuram durja setiap Ramadhan menyapa. 

Ketiga, di akhir bulan Sya'ban Rasul SAW mengumpulkan orang-orang serta berpidato tentang keutamaan Ramadhan dan dorongan memperbanyak amal (HR Ibnu Khuzaimah). Termasuk penghidupan sunnah Nabi jika ada acara khusus berupa khutbah, seminar, atau diskusi apa pun untuk memperkuat semangat ibadah kaum Muslimin yang dilakukan para pejabat pemerintah dan swasta, juga para kepala keluarga. 

Semoga Ramadhan menjadi titik tolak perubahan pemikiran, perasaan, dan tindakan manusia hingga tiada lagi kaum Muslimin yang menderita. (Fahmi AP Pane)